*SURAT TERAKHIR DARI IBU*
Oleh : Hotmida Sinaga
"Ibu, seragam sekolah Nia mana nih" ucap Nia dari kamarnya sambil marah-marah.
"Ada dilemari bajumu nak" Sahut ibu Nia dari arah dapur.
" Huh, mana lagi nih. mana di lemari gak ada".
" Bu, cepatan dong cariin. Ibu gak mau kan Nia telat sekolah ". Sahut Nia lagi
Ibu Nia pun datang menuju kamar Nia
" nak, jangan marah kalau mau ke sekolah. Nanti belajarnya gak fokus ".
" Halah ...
" udah deh bu " "Cepatan aja cari seragam Nia "
" Ini nak seragamnya, pakai yang rapi ya nak"
Sahut Ibu Nia sambil memberikan seragamnya dengan hati tulus.
" Sini, nyari ini aja lama banget sih "
Ucap Nia kesal.
Nia merupakan seorang gadis SMA yang masih duduk di kelas x yang suka melawan orangtuanya terutama Ibunya.
Sedangkan Ibu Nia hanya penjual tape dan Ayah Nia telah lama pergi.
" Bu, minta uang ".
" Buat apa nak".
" Ya banyaklah Bu, ntar sarapan di sekolah belum lagi jajan " Ucap Nia
" Sarapan di rumah ajalah nak, kan lebih sehat " Jawab Ibu Nia dengan sabar
" Bosan bu, sarapan di rumah itu mulu. gak ada gizinya tau bu". gerutu Nia.
" Ya sudah, ini ambil. gunakan buat yang bener ya nak " kata Ibu Nia sambil memberikan uang pada Nia.
Nia langsung merampas uang itu dari tangan ibunya dan tanpa pamit dia pergi.
" Ampunilah dosa anakku ya Tuhan, berikanlah dia petunjukMu". Sahut ibu dalam hatinya.
Seperti itulah perilaku Nia pada Ibunya setiap hari.
Tak pernah sekalipun ia membahagiakan Ibunya. Ia hanya meminta hak tanpa melakukan kewajibannya.
Suatu ketika Ibu Nia mengajak Nia berjualan tape, kebetulan hari itu Nia ada libur sekolah.
" Nak, temanin Ibu jualan tape ya. Kamu kan libur".
ucap Ibu Nia
"
Apa, ahk ogah ahk. Males, masa anak disuruh jualan.Harusnya orangtua
yang cari nafkah buat anaknya. Ini mah apa ". Ucap Nia sambil menatap
rendah Ibunya.
" Ya sudah, Ibu saja yang pergi". Jawab Ibu Nia
" Gitu dong, dari tadi ke". Ketus Nia
Akhirnya
Ibu Nia pun memutuskan untuk pergi jualan sendiri. Walau dia dengan
badan yang mulai lemah berjalan menyusuri kampung itu.
Tiba-tiba diperjalanan Ibu Nia terjatuh, dia terpeleset hingga tape yang dia bawa terjatuh ketanah.
" Tolong ..., Tolong ... ". Teriak Ibu Nia yang kesakitan.
Beberapa orangpun berdatangan menolong Ibu Nia dan membawa ke rumahnya.
" Apa- apaan ini "
Ketus Nia
" Jangan begitu, ini Ibu kamu tadi jatuh.jaga Ibu kamu ini ". Ucap seorang Bapak yang menolong Ibu Nia
" hmmm, ya ya. Udah deh ". Ucap Nia sembari menarik tangan Ibunya dan menutup pintunya.
" Ibu ngapain sih, pake sakit segala. Buat repot aja nih ".
" Ya ampun nak, Ibu sakit ini bukan kemauan Ibu". Sahut ibunya dengan lemah.
Nia tidak menjawabnya, dia malah pergi meninggalkan Ibunya yang tergeletak di tempat tidurnya.
Meskipun Ibu Nia sakit, dia tetap saja tidak peduli dengan Ibunya. Bahkan makannya saja tidak diberikan.
Terkadang Ibu Nia menangis melihat kelakuan kasar Nia padanya.
Tetapi, berkat doanya pada Tuhan. Ia diberikan kekuatan dan kesabaran.
Hari berganti hari, penyakit Ibu Nia tidak berkurang setelah jatuh itu. Malahan yang ada semakin parah.
Ibu Nia yang dulunya bisa berjalan, kini tidak bisa lagi.
" Nak, tolong ambilin minum untuk ibu. Kaki ibu susah jalan ".
Pinta Ibu Nia pada Nia yang sedang duduk santai.
" Aduhh bu, kalau kaki ibu sakit jangan dimanjain. Ambil aja sendiri". Jawab Nia dengan santainya.
Mendengar kata- kata itu membuat hati Ibu Nia sakit.
Hingga meneteskan air mata kepedihan.
Suatu
hari ketika Nia sedang keluar rumah, Ibunya nekat keluar untuk membeli
obatnya sendiri karena sakit Ibu Nia semakin parah sedangkan Nia tidak
pernah membantunya.
Belum tiba di toko obatnya, Ibu Nia sudah terjatuh dihalaman rumahnya.
Saat itu tidak ada seorangpun yang menolong Ibu Nia.
Nia saja belum pulang dari tempat dia bermain.
" Ya Tuhan, Ibu Nia pingsan ".Sahut seorang warga yang lewat dari depan rumah Nia.
Warga itupun akhirnya membawa Ibu Nia ke rumah sakit terdekat.
Sesampai di rumah sakit Ibu Nia segera diberikan perawatan oleh pihak medis.
Kemudian, warga itupun memberitahukan hal itu kepada Nia.
Tapi reaksi Nia sungguh menyanyat hati.
" Uhh, Ibu ini apaan sih. Pake masuk Rumah Sakit segala lagi, repotin aja nih ".
" Astaga Nia, kamu benar-benar anak yang tak tau diri. Orangtua lagi sakit kamu malah bicara gitu".Ucap warga itu.
Nia malah terdiam.
Warga itupun meminta agar Nia datang ke Rumah Sakit.
Setelah Nia tiba beberapa saat di Rumah Sakit, Ibu Nia pun tersadar.
"
Nak, ibu minta maaf. Ibu belum bisa bahagiakanmu, Ibu hanya bisa buat
kamu repot seperti ini". Ucap Ibu Nia dengan lemah kepada Nia.
" Baguslah klo Ibu sadar". Jawab Nia dengan ketus pada Ibunya.
" Nak, nanti kalau kamu pulang kerumah. Ambil sesuatu di kamar Ibu ya".Sahut ibu Nia
Mendengar
kata itu Nia kelihatan senang " Wah, pasti uang. Bagus nih biar ada
ntar jajan juga shopping. Sekalian aja Ibu mati, biar Nia bisa jual tuh
rumah". Ucap Nia dalam hatinya.
" Nak ..., jaga rumah kita ya. Jangan lupa ibadah berserah pada Tuhan agar nanti cita-citamu tercapai". Ucap Ibu Nia lagi.
" Ya Bu ".Jawab Nia dengan wajah tak peduli.
Beberapa
saat kemudian setelah perkataan itu, Ibu Nia pun meninggal. Nia tak
begitu sedih akan hal itu, yang ada Nia malah senang karena sebentar
lagi dia akan jual rumah peninggalan Ibunya.
Sehari setelah kepergian Ibunya, Nia mulai kewalahan. Dia mulai bingung bagaimana ia makan, sementara masak saja dia tidak tau.
" Aduhh, lapar nih. Mana makanan gak ada lagi. Huhhh ....".
"Hmmm, di kamar Ibu pasti ada uang. Dulu kan dia bilang ada sesuatu".
Dengan cepat Nia bergegas ke kamar almarhum Ibunya dan segera membuka lemarinya. Memeriksa setiap sudut lemari.
Tiba-tiba ada sebuah kertas yang ia temukan di bawah lipatan kain Ibunya.
" Wah, apa ini. Buka ahk, siapa tau warisan ".
Ia pun segera membuka surat itu. Sejenak Nia terdiam karena Nia membaca surat yang isinya berupa :
Untuk putriku tersayang Nia.
Nak,
maafkan ibu yang belum bisa bahagiakan kamu. Ibu harap kamu jangan
sedih jika suatu saat ibu akan pergi dari hidupmu. Kamu jangan nangis ya
nak. Jika kamu kangen Ibu, ingat saja organ ginjalmu. Karena itulah
ginjal yang ibu donorkan agar kamu bisa hidup nak.
Maafkan Ibu
Salam sayang.
Ibu
Setelah membaca surat itu, Nia meneteskan air mata. Ia sangat sedih mengetahui hal itu, Nia menangis tak henti.
Hingga akhirnya dia pun pergi ke makam Ibunya akibat rasa menyesalnya.
" Ibu, bangun bu. Maafkan Nia bu".
" Ibu ...., Ibu ...., bangun Ibu ". Teriak Nia sambil mengkorek-korek makam Ibunya.
Namun
semua itu sudah tidak dapat di ulang. Nia hanya bisa menyesalinya,
tinggal hanya kepedihan yang tak terucap yang menyayat hati Nia.
Air mata menjadi penghilang rindu pada Nia.
Sejak saat itu Nia berubah menjadi anak yang berbeda jauh dari sebelumnya.
Nia menjadi anak yang berbakti kepada setiap orang sejak melihat surat terakhir Ibunya itu.SEKIAN.
SALAM HANGAT
Tinggalin jejak dirimu teman-teman terbaikku,karena komentar dan masukan kalian adalah semangat jiwaku. Hehehe :)
ReplyDelete