LABORATORIUM
BIOLOGI
LAPORAN
PRAKTIKUM V
Judul
Percobaan :
FILUM
PLATYHELMINTHES (CACING PIPIH)
Disusun Oleh :
Nama : Hotmida Sinaga
NPM : 1901100014
Tanggal Pelaksanaan : 05 November 2020
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
HKBP NOMMENSEN PEMATANGSIANTAR
T.A.2020/2021
I.
Judul Percobaan : Filum Platyhelminthes
II.
Tujuan Percobaan
: Untuk mengamati jenis filum Platyhelminthes
pada preparat awetan.
III.
Tinjauan
Teoritis
Platyhelminthes berasal dari Bahasa Yunani,
dari kata Platy = pipih dan helminthes = cacing. Sehingga
dapat diartikan bahwa Platyhelminthes adalah cacing bertubuh pipih. Tubuh
Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu
ektoderm,mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes merupakan cacing yang
mempunyai bentuk tubuh simetri bilateral, dan tubuhnya pipih secara
dorsoventral.
Platyheminthes tidak memiliki rongga
tubuh (aselom), sehingga mereka disebut hewan aselomata. Tubuhnya tidak
bersegmen-segmen. Bentuk tubuhnya bervariasi, dari yang berbentuk pipih
memanjang, pita, hingga menyerupai daun. Ukuran tubuh bervariasi mulai yang
tampak mikroskopis beberapa milimeter hingga berukuran panjang 25
meter (Taeniarhynchus saginatus).
Sebagian besar cacing pipih berwarna putih
atau tidak berwarna. Sementara yang hidup bebas ada yang berwarna cokelat,
abu-abu, hitam,atau berwarna cerah. Ujung anterior tubuh berupa kepala. Pada
bagian ventral terdapat mulut dan lubang genital. Mulut dan lubang genital tampak
jelas pada kelas Turbellaria, tetapi tidak tampak jelas pada kelas Trematoda
dan Cestoda. Ada organ yang menghasilkan sekresi (alat cengkeram dan penghisap)
yang bersifat perekat untuk menempel dan melekat, misalnya ‘oral sucker’ dan
‘ventral sucker’ pada Trematoda.
Ciri-Ciri Platyhelmintes
1. Platyhelmintes ( cacing pipih ) memiliki
beberapa ciri-ciri / karakteristik umum antara lain sebagai berikut :
2. Memiliki bentuk tubuh pipih, simetris dan
tidak bersegmen
3. Memiliki ukuran tubuh mikroskopis dan ada juga
yang memiliki panjang tubuh 20 cm yaitu cacing pita.
4. Memiliki satu lubang yaitu dimulut tanpa
dubur.
5. Memiliki daya regenerasi yang tinggi dan
bersifat hermafodit ( dua kelamin ).
6. Hidup parasit dan ada juga yang hidup bebas.
7. Habitat di air tawar, air laut, tempat lembab
atau dalam tubuh organism lain.
8. Melakukan perkembanganbiakan ( bereproduksi )
secara generative dengan perkawinan silang dan berproduksi secara vegetatif
yaitu membelah diri.
9. Sensitive dengan cahaya.
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan Platyhelmintes ( cacing
pipih ) ialah gastrovaskuler dimana peredaran makanan tidak melalui darah
tetapi oleh usus. Sistem pencernaan Platyhelmintes ( cacing pipih ) dimulai
dari mulut faring dan ke kerongkongan.
Sistem Syaraf
Dalam sistem syaraf terdapat beberapa macam
sistem saraf pada Platyhelmintes ( cacing pipih ) antara lain sebagai berikut :
1. Sistem syaraf tangga tali ialah sistem syaraf
yang paling sederhana.
2. Pada cacing pipih lebih tinggi tingkatannya
sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf ( neuron ) yang dibedakan menjadi
sel saraf sensori ( sel pembawa sinyal dari indera ke otak ), sel saraf motor (
sel pembawa dari otak ke efektor dan sel asosiasi (perantara)
Sistem
Indera
Dari beberapa jenis Platyhelmintes ( cacing
pipih ) memiliki sistem penginderaan berupa oseli yaitu bintik mata yang
mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah
sepasang dan terdapat dibagian anterior ( kepala ). Seluruh cacing pipih ini
memiliki indra meraba dan sel kemoresptor diseluruh tubuhnya.
Sistem Reproduksi
Meskipun Platyhelmintes ( cacing pipih ) merupakan hewan hemafrodit
beberapa cacing tidak dapat melakukan perkawinan secara individu. Reproduksi
dilakukan secara aseksual dan seksual. Reproduksi seksual ialah dengan menghasilkan
gamet, Fertilisasi ovum terjadi didalam tubuh. Fertilisasi dapat dilakukan
sendiri atau dengan pasangan lain.
Peranan Platyhelminthes
1. Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme lain.
2. Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia
3. Schistosoma sp, dapat menyebabkan skistosomiasis penyakit parasit
yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia.
4. Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia
dan hewan mamalia lainnya, spesies ini dapat menghisap darah manusia.
5. Paragonimus sp, parasit pada paru-paru manusia.
6. Fasciolisis sp, parasit di dalam saluran pencernaan.
7. Aeniasis, penyakit yang disebabkan oleh Taenia sp.
8. Fascioliasis, disebabkan oleh Fasciola hepatica.
IV.
Alat
dan Bahan
1.
Sediaan
preparat awetan
2.
Mikroskop
3.
Kaca benda
4.
Kaca penutup
V.
Prosedur Kerja
Turbellaria
1.
Amatilah bagian dorsal dan ventral hewan
Planaria
2.
Amatilah kedua ujung tubuhnya. Tentukan
bagian kepala dan ekor, apa tandanya?
3.
Lakukan pengamatan di tempat hidup
aslinya atau lingkungan buatan yang saudara persiapkan.
4.
Berikan beberapa sentuhan pada
bagian-bagian tubuh yang berbeda. Amatilah perubahan gerakannya! Apakah semua
bagian tubuh mempunyai kepekaan yang sama?
5.
Amatilah preparat mikroskopis dari
Planaria di bawah mikroskop. Amatilah lapisan-lapisan sel penyusun tubuh!
a.
Ada berapa lapis, sebutkan!
b. Bagaimana susunan sel dari setiap lapisan
tubuh?
c.
Adakah modifikasi bentuk dari sel-sel yang menyusun setiap lapisan tubuh
6. Amatilah
susuna dari system pencernaan makanan. Deskripsikan tentang mulut, usus, dan
anusnya! Amatilah alat ekskresinya!
7.
Pelajari susunan sistem sarafnya!
8.
Potonglah tubuh dari seekor Planaria.
Hipotesiskan apa yang akan terjadi pada potongan-potongan itu!
9.
Bandingkan susunan tubuh, bentuk tubuh,
dan struktur dari organ-organ hewan Trematoda yang digunakan sebagai contoh
dengan yang dimiliki oleh Turbellaria!
10.
Carilah keong air tawar yang merupakan
inang intermediate dari salah satu anggota Trematoda.
a. Larva itu merupakan
stadia yang mana dalam hidupnya?
b.
Diskripsikan ciri-cirinya dan buatlah gambarnya!
Cestoidea
1.
Amati spesimen dan preparat yang
disediakan.
2.
Amati beberapa jenis dari anggota
Cestoidea yang tersedia. Badingkan ciri-cirinya, dalam hal: a. Skolek b.
Proglotid
3.
Amati larva Cestoidea yang tersedia!
Pelajari struktur dan buatlah gambarnya!
VI.
Hasil pengamatan dan pembahasan
1.
Planaria sp.
Klasifikasi menurut Hegner&Engemen
(1968) :
Kingdom :
Animalia
Filum :
Platyhelminthes
Kelas :
Turbellaria
Ordo :
Tricladida
Familia :
Tricladidae
Genus :
Dugesia
Spesies : Planaria sp
Karakteristik
Planaria Sp
Planaria
sp menunjukkan berbagai perilaku sebagai respon terhadap berbagai macam
rangsang yang meliputi cahaya, sentuhan, aroma, dan rasa. Selain itu daya
regenerasi Planaria sp sangat unik, dimana planaria mampu memperbaiki
bagian tubuh yang tidak sempurna menjadi bagian yang utuh seperti semula dalam
waktu yang relatif singkat (regenerasi yang tinggi).
Planaria merupakan
hewan yang hidup bebas dengan habitat yang berbeda-beda, beragam dari perairan
yang yang berarus lambat sampai pada perairan danau dan tertutupi oleh bebatuan
atau dedaunan. Planaria merupakan organisme yang ideal untuk dipelajari karena
kemampuannya untuk belajar yang cukup tinggi. Meskipun ia hanya memiliki system
saraf yang sederhana, yakni hanya berupa ganglion-ganglion dan otak ‘primitive’
yang terkonsentrasi pada daerah ujung anterior (kepala) (Levin,
2005). Planaria merupakan pemakan makanan yang beraneka ragam
(versatile feeder), ia juga mampu mencari-cari dan memakan bangkai hewan lain
yang telah mati.
Planaria memiliki
tubuh pipih (dorsoventral), bilateral simetri dan tidak bersegmen. Tubuh bagian
dorsal memiliki auricle (aurikula/berbentuk telinga) dan eyespot (bintik mata),
sedangkan tubuh bagian ventral terdapat mulut, pharynk, dan lubang kelamin.
Tubuh memiliki peredaran darah, anus, dan coelom. Sedangkan system sarafnya
masih sangat sederhana.
Mata planaria disebut
dengan eye spot merupakan bintik mata yang sensitif terhadap cahaya
matahari sehingga planaria lebih banyak menghasbiskan banyak waktu di
bawah bebatuan atau daun-daun. Pada kepala terdapat bagian yang
mirip dengan bentuk telinga (auricle) dipenuhi oleh banyak reseptor kimia.
Menggerakan kepala yang kesatu sisi ke sisi lain sehingga menyebabkan planaria
mengetahui atau merasakan adanya sinyal kimia (bau) yang berdifusi dari sumber
makanan.
Planaria memiliki
kemampuan untuk bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara
seksual adalah musiman, dan merekan merupakan hermafrodit, yakni memiliki
keduanya, organ kelamin jantan dan betina. Telur dari seekor planaria hanya
bisa difertilisasi oleh sperma dari yang lainnya. Setelah fertilisasi, di
habitat alaminya, telur-telur dan yolk dibungkus oleh lapisan lengket yang bisa
melekat dibawah batu-batu. Setelah musim kawin, organ kelamin didegenerasi dan
kemudian meregenerasi kembali saat musim kawin tiba kembali. Untuk bereproduksi
secara seksual, planaria menjalani proses yang dinamakan pembelahan
melintang (transverse fission). Tubuh planaria terbagi menjadi
dua fragment di bawah farink dan setiap porsi meregenerasi bagian tubuh yang
hilang oleh jalan sel bakal (stem cell) yang dinamakan neoblast.
2.
Fasciola hepatica
Klasifikasi menurut Hegner&Engemen
(1968)
Kingdom :
Animalia
Subkingdom :
Invertebrata
Phylum :
Platyhelminthes
Classis :
Trematoda
Order :
Digenia
Familia :
Digeniadae
Genus :
Fasciola
Species : Fasciola hepatica
Karakteristik
Fasciola
hepatica
Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap awetan Fasciola hepatica pada mikroskop, pada
awetan ini terlihat morfologi cacing ini mulutnya terletak di sebelah
anterior. Hewan ini hidup parasit dalam kantung empedu pada biri-biri, sapi,
babi, dan lain-lainnya dan kadang ditemukan juga pada manusia. Fasciola hepatica atau
disebut juga Cacing hati merupakan anggota dari Trematoda (Platyhelminthes). Cacing hati mempunyai ukuran panjang 2,5 – 3 cm dan
lebar 1 - 1,5 cm.
Pada bagian depan
terdapat mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap, dan ada sebuah
alat pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang mulut, juga
terdapat alat kelamin. Bagian tubuhnya ditutupi oleh sisik kecil dari kutikula
sebagai pelindung tubuhnya dan membantu saat bergerak. Mulut terletak di
sebelah anterior. Di sekitar mulut terdapat alat hisap. Alat ini terdapat juga
di daerah ventral. Kedua alat itu berfungsi sebagai alat penempel
pada hospes. Antara mulut dan alat hisap ventral terdapat lubang genital
sebagai jalan untuk mengeluarkan telur.
Lubang ekskresi
terletak agak dekat dengan akhir posterior. Kecuali itu terdapat lubagng lain
sebagai akhir dari saluran laurer. Sistem pencernaan sederhana, dimulai
dari mulut, pharynx yang merupakan saluran pendek, esophagus, usus yang terdiri
dari dua cabang utama yang menjulur dari anterior ke posterior
sebelah-menyebelah dalam tubuh. Hewan ini tidak memiliki system sirkulasi, maka
bahan makanan diedarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat hisap dilengkapi
dengan otot-otot, sehingga menempel dengan erat pada hospes.
Otot ini terusun atas 3
lapisan di bawah ektoderm : (1)lapisan luar melingkar, (2)lapisan tengah,
(3)lapisan dalam yang diagonal. System ekskresi pada Fasciola
hepatica terdiri dari pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang yang
mengadakan anyaman-anyaman dan sel-sel yang berbentuk seperti kantung yang
disebut sel api. Pada masing-masing tubuh terdapat beberapa pembuluh
pengumpul yang membentang longitudinal.
Tubuh Fasciola
hepatica adalah triploblastik. Ektoderm tipis yang dilapisi oleh kutikula
yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Ektoderm
mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal kelenjar. Endoderm
melapisi saluran pencernaan. Mesoderm merupakan jaringan yang membentuk otot,
alat ekskresi, dan saluran reproduksi. Disamping itu terdapat jaringan parenkim
yang mengisi rongga antara dinding tubuh dengan saluran pencernaan.
Alat reproduksi jantan
terdiri atas : sepasang testis, dua pembuluh vas diferensia, kantung vesiculum
seminalis, saluran ejakulasi dan penis. Alat reproduksi pada betina terdiri
atas : saluran tunggal ovarium, saluran oviduct, kelenjar pembungkus ovum,
saluran vetelline, kelenjar yolk, dan uterus.
Seekor cacing di dalam
hati inang (yang biasanya hewan ternak) bisa bertelur sekitar 500.000 butir.
Telur Fasciola hepatica menuju ke usus dan mengikuti perjalanan sisa
makanan bersama aliran empedu. Kemudian keluar ke alam bebas bersama dengan
kotoran (tinja). Telur yang fertil dapat menetes apabila jatuh di tempat yang
lembab atau basah, seminggu setelah menetes akan menjadi larva.
Larva ini akan berkembang serta tumbuh silia dan disebut mirasidium. Kemudian
berenang mencari tubuh siput air tawar/keong dari marga Lymnaea dengan
menggunakan silianya, siput air tawar/keong dijadikan sebagai
intermedier. Mirasidium akan mati apabila selama 8 jam tidak mendapati
siput. Di dalam tubuh siput, selama 2 minggu tumbuh dan ukurannya membesar
seperti kantung disebut sporocist dan berkembang menjadi redia. Redia terus
berkembang dan berekor disebut sercaria, yang bentuknya seperti kecebong.
Dengan ekornya kemudian
keluar dari tubuh keong dan berenang menuju rumput atau tumbuhan air lain di
sekitarnya, yang kemudian menjadi sista. Jika sista bersama rumput termakan
oleh ternak, di usus akan pecah dan menghasilkan larva yang disebut
metaserkaria. Metaserkaria menembus dinding usus kemudian mengikuti peredaran
darah menuju ke hati. Akhirnya tumbuh menjadi cacing dewasa.
3.
Cestoidea
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ciri-ciri cestoda adalah sebagai berikut:
1.
Bentuknya
pipih, panjang seperti pita.
2.
Tubuhnya
bersegmen-segmen yang setia segmennya disebut proglotid. Proglotid dibentuk
pada daerah leher dengan pembelahan transversal. Setiap proglotid memiliki
alat-alat tubuh yang lengkap. Semakin ke arah posterior, ukuran proglotid
semakin besar dan pada ujung posterior terdapat proglotid yang matang
(proglotid gravid).
3.
Tubuhnya
tertutup kutikula.
4.
Mempunyai
lapisan otot yang kompleks.
5.
Sistem
pencernaan makanan tidak berkembang, makanan diserap secara langsung melalui
permukaan tubuhnya.
6.
Hidup
sebagai parasit pada usus vertebrata, dengan inang perantara hewan yang
berlainan.
7.
Sistem
saraf tangga tali.
8.
Sistem
ekskresi dengan sel api.
Contoh Cestoda antara lain:
1.
Taenia
solium atau cacing pita babi merupakan parasit pada manusia dengan inang
perantara babi.
2.
Taenia
saginata (cacing pita sapi), hospes definitifnya manusia sedangkan hospes
intermedietnya sapi. Pada sucker tidak dilengkapi rostelum. Panjang tubuh
berkisar antara 4 - 12 meter.
3.
Echinococcus
granulosus (cacing pita anjing), hospes definitifnya anjing atau serigala dan
hospes intermedietnya manusia, kambing, maupun ternak yang lain.
4.
Hymenolepsis
Nana (cacing pita kerdil) larva dan dewasanya hidup dalam tubuh manusia.
5.
Dypilidium
caninum, hospes definitnya manusia, kucing atau anjing sedangkan hospes
intermedietnya adalah kutu anjing. Panjang tubuh kurang lebih 15 - 40 cm.
VII. KESIMPULAN
1. Platyhelminthes
memiliki tubuh yang bilateral simetris (pipih), hidup di air tawar, mulut
terdapat pada bagian ventral, memiliki bentukan seperti mata, dan mempunyai
auricle.
2. Fasciola
hepatica termasuk dalam phylum platyhelminthes.
3. Bagian-bagian
morfologi Fasciola hepatica terdiri dari mulut, penghisap, tuhuh, dan
saluran ekskresi.
4. Bentuk dari
tubuh Fasciola hepatica berbentuk seperti daun yang pada bagian
anteriornya terdapat alat penghisap.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2008. Mengenal phylum
platyhelminthes. http://gurungeblog.wordpress.com (online).
Diakses 10 Maret 2014.
Anonim.
2010. Karakteristik perilaku planaria sp. http://nandito106.wordpress.com
(online). Diakses 10 Maret 2014.
Anonim.
2012. Lintah. http://lintahterapi.web.id (online). Diakses 10
Maret 2014..
Anonim.
2011. Klasifikasi platyhelminthes. http://rifkanice.blogspot.com
(online). Diakses 10 Maret 2014..
Anonim b,
2011. Micrograpihia. http://www.micrographia.com (online). Diakses 10 Maret
2014.
Anonim a.
2011. Msperry planaria. http://whitbytech.edu.glogster.com. (online).
Diakses 10 Maret 2014.
Halang, Bunda dkk.
2014. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. Banjarmasin: FKIP
UNLAM Banjarmasin.
Jasin, Maskoeri.
1984. Sistematika hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar
Wijaya. Surabaya.
Kastawi, dkk.
2003. Zoologi Invertebrata. Malang:Universitas Negeri Malang
Verma, P. S.
2002. A Manual of Practical Zoology Invertebrates. S. Chand Company Ltd.
New Delhi.
Panduan praktikum
SPADA UHNP pertemuan 6
Materi classroom
Taksonomi hewan rendah peretemuan 6